Bertempat di Kampus ITKP Jakarta, pada 9 Mei 2015 diadakan Kuliah Umum bertema “Think Big” bersama Ketua Pembina ITKP Agung Adiprasetyo. Beliau memaparkan kepada para mahasiswa betapa pentingnya memiliki “Think Big”.
Dalam perkuliahan itu, Agung menyatakan perlu sekali mengukur kekuatan kompetitor. “Zaman dulu orang masih bisa mengatakan ya kan pasar besar, mari hidup bareng-bareng. Sekarang nggak bisa begitu. Kalau bisa makan semua, ya makan semua,” jelasnya.
Agung menyebutkan, jika sebuah perusahaan tidak kuat berkompetisi lebih baik berkolaborasi. Hal itu menyebabkan ada keinginan yang berpotensi besar seperti akuisisi dan sebagainya. Baginya cara sukses di dunia bisnis yaitu berkompetisi dan berkolaborasi.
Selain itu, Agung melihat bahwa perilaku konsumen hari ini memiliki studi banding. Artinya, menghasilkan lebih pantas tapi korbannya lebih sedikit. “Sudah begitu konsumen hari ini tidak ada yang setia,” ujarnya.
Ia bercerita, ayahnya dulu di kampung pernah membeli televisi merek SANYO. Ia agak heran, lalu bertanya ke ayahnya kenapa beli televisi harus merek SANYO, apa nanti televisi itu keluar air. Ayahnya menimpali, “Begini Gung, bapak beli pompa air ini saja awet, jadi sampai bapak mati TV ini awet.” Agung mengakui, sampai begitu kepercayaan ayahnya pada SANYO.
Itulah mengapa, Agung beralasan jika kita tidak pintar mengelola konsumen, maka konsumen dengan mudah pergi. “Sehingga kembali lagi bahwa tuntutan dari pekerjaan kita membuat kita stres, mengganggu kesehatan dan lingkungan sosial kita terganggu. Apalagi orang yang sehari-hari bekerja di bagian Costumer Service,” katanya.
Suatu ketika ia pernah jalan-jalan ke sebuah counter ponsel Nokia di Mall Jakarta. Dalam pemandangannya counter itu tampak sepi tidak ada pengunjung, hanya ada brosur saja. Padahal pada awal kemunculannya, Nokia merupakan ponsel yang paling laris. Setelah itu muncul BlackBerry dengan beragam macam tipenya.
Ketika itu, ia dalam situasi terpaksa harus membawa dua hand phone, Nokia dan BlackBerry. “Supaya kalau orang tanya pin BB, gengsi saya nggak runtuh. Pertanyaannya, apakah produk ini (Nokia dan BlackBerry) bertahan hingga puluhan tahun? Jawabannya tidak. Hanya bertahan sekian tahun saja. Sebelum ponsel ada Pager, waktu itu harga Pager hingga Rp17 juta, itu demi untuk mempertahankan gengsi. Namun akhirnya Pager pun tidak bertahan lama. Kemudian muncul Samsung, yang belakangan ini melansir mengalami kerugian dalam laporan keuangan.”
Intinya, Agung mengingatkan bahwa teknologi sekarang ini telah merubah seluruh tatanan hidup kita.
Dari beragam peristiwa tersebut. Agung memberi tantangan kepada para mahasiswa di mana posisinya? Setelah lulus kuliah para mahasiswa pasti mengalami dunia nyata. “Pernahkah membayangkan bagaimana Anda (para mahasiswa) 10 tahun mendatang?”
Jika ada orang yang melamar pekerjaan, Agung biasanya bertanya siapa nama Anda? Tahukah Anda arti nama Anda? Dan apa keahlian Anda? “Jika pelamar itu tidak tahu arti namanya bagaimana ia bisa punya perhatian terhadap pekerjaan yang besar itu. Padahal itu adalah pertanyaan basic. Bila pertanyaan basic itu tidak bisa dijawab, sungguh mengerikan. Lalu pertanyaan berikutnya adalah, kenapa atau dengan alasan apa saya terima Anda di perusahaan ini? Jangan asal menjawab daripada menganggur. Tapi harus menjelaskan saya punya kekuatan ini itu dan mengeksplorasi kekuatannya.”
Agung Adiprasetyo mengungkapkan, “Seseorang yang tidak mengerti dirinya sendiri, bisa dipastikan tidak akan memberikan perhatian yang lebih besar dalam hal lainnya.”
Agung memaparkan di hadapan mahasiswa ITKP bahwa bekerja di perusahan itu rumusnya. “Jika Saya oke, Pimpinan oke = lancar. Namun jika Saya oke, Pimpinan tidak oke = macet. Maka saya harus oke, karena perusahaan tidak bisa mengikut kemauan saya. Saya tidak bisa paksa pimpinan saya untuk ikut kemauan saya melalui bos saya. Tidak bisa,” jelasnya.
Dengan demikian Agung menggaris bawahi bahwa “Bagian terpenting hidup kita adalah bagaimana kita menentukan arah, tujuan dan harapan terhadap apa yang kita capai.”
Dicontohkan, artis ternama Madonna. Sejak usia19 tahun sudah berkarir di dunia artis, hingga di usia 58 tahun masih eksis. Mulai belajar menari, menyanyi, bikin show, keluarkan album, dan sebagainya. Bahkan saat isunya mulai turun. Berita menyebutkan Madonna terkenal sebagai artis yang ‘brengsek’ atau seronok. Bahkan Madonna pernah dilarang manggung di Italia dan Belgia. Madonna banyak melakukan tindakan kontroversi, salah satunya memungut anak dari Mali, bahkan pemerintah Mali waktu itu tidak mengizinkan. Madonna terus bikin kontroversi. Namun akhirnya Madonna sukses adopsi/pungut anak dari Mali itu. Argumentasi Madonna, ‘Daripada anak itu tidak diambil, toh anak itu tidak terurus.’ Padahal tidak tahu juga apakah anak itu akan terurus juga dengan diadopsi Madonna. Akan tetapi isu seperti itu mengangkat pamor Madonna.
Dalam perkuliahan tersebut seorang mahasiswa bernama Tubagus bertanya tentang proteksi. Membandingkan dengan negara tetangga (Malaysia) yang memproteksi masyarakat lebih besar. Apalagi misalnya dalam dunia periklanan. Mahasiswa itu menyebutkan proteksi Malaysia terhadap periklanan lebih besar. Misalnya, tidak boleh ada iklan adaptasi. Membuat iklan harus di dalam negeri begitu juga dengan sutradaranya harus orang Malaysia. Kemudian dari sisi peraturan, perusahaan multi yang mau masuk ke Malaysia harus ketat. Sedangkan di Indonesia kompetisinya bebas. Pertarungan antar perusahaan besar dan kecil kelihatan jelas. Akhirnya Indonesia fokusnya bukan pada masalah tapi cari jalan keluar. Adakah ke depan perbaikan atau solusi?
Agung Adiprasetyo menjawab bahwa pada akhir 2015 ini Indonesia masuk MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Itu artinya, perusahaan agensi dan perusahaan asing bisa masuk ke Indonesia dengan bebas. Begitu juga sebaliknya, perusahaan Indonesia bisa masuk ke Singapura dan Malaysia. Namun ia optimis pasar Indonesia ini sangat potensial besar karena jumlah penduduk lebih dari 200 juta.
Dan akhirnya kalau mau jadi pemenang harus berpikiran besar “Think Big”, itulah kesimpulan perkuliahan dari Bapak Agung Adiprasetyo.