Oleh : Baty Subakti
"Tara":
Dalam Wikipedia, istilah bahasa Inggris 'rating' dapat bermakna penilaian atau penakaran secara kualitatif maupun kuantitatif. Penggunaanya amat luas karena dapat merujuk pada 15 macam bidang. Termasuk keuangan, hiburan, kesehatan, bahkan politik dan hankam. Amat luas, namun hanya satu diantaranya yang bermakna persentase dari jumlah pemirsa terhadap sesuatu program atau segmen waktu di media siaran.
Dalam KUBI (Kamus Umum Bahasa Indonesia), kata 'tara' mengandung setidaknya empat kelompok makna. Salah satu di antaranya adalah "banding(an); imbangan". Kalau begitu, mengapa kita tidak memadankan saja istilah bahasa asing 'rating' itu dengan 'tara' dalam bahasa kita. Sebagai pemilik bahasa, kita tentu juga bisa memperluas makna kata 'tara' itu untuk juga mencakup persentase dari jumlah pemirsa media siaran terhadap sesuatu program, pada penggal waktu tertentu.
"Berdasa";
Kata 'signifikan' (dari bahasa Inggris 'significant'), kini amat kerap digunakan untuk menyatakan sebuah jumlah, volume, atau dampak yang lumayan besar. Kata ini digunakan karena para penutur banyak yang merasa sulit mencari padanannya dalam bahasa Indonesia.
Sebenarnya dulu orang sudah menggunakan istilah 'berarti', yang bermakna 'lebih dari cukup'. Tetapi mungkin karena istilah tersebut mengandung makna lain, maka mayarakat, terutama media massa mencari jalan pintas dengan mengadopsi saja istilah asing.
Di ranah Minang, saya kerap mendengar orang menggunakan istilah 'badaso' untuk menyatakan sesuatu itu cukup banyak/berdampak, atau lebih dari sekadar lumayan. Jadi ia bermakna tepat sama dengan kata 'significant' atau 'berarti' itu.
Kalau istilah itu diindonesiakan lafalnya akan menjadi 'berdasa'. Mungkin istilah ini bisa diadopsi menggantikan 'signifikan', sehingga prioritas pengembangan bahasa persatoean tetap mengakar ke bahasa Nusantara.
"Sogok";
Untuk makan semua orang perlu menyuap. Menyuap juga perbuatan yang sangat terpuji. Karena dengan menyuap para ibu bisa membuat anak kecilnya makan, kebutuhan paling mendasar manusia untuk tetap hidup. Menyuap juga merupakan pengejawantahan dari cinta kasih ibu. Selain itu, dengan menyuap, seorang ibu membangun komunikasi yang berkualitas dengan buah hatinya. Jadi, menyuap bermakna mulia; demi kehidupan, cinta kasih, dan komunikasi berkualitas. Karena itu, teruslah menyuap!
Istilah lain yang dulu kerap kita gunakan dalam kaitan korupsi atau pungli adalah 'sogok' dan 'semir'. Tetapi maknanya tercela, bertolak belakang dengan "suap". Tujuannya pun berbeda, untuk melicinkan suatu urusan secara tidak sah atau bertentangan dengan hukum, demi kepentingan kelompok atau diri sendiri.
Jadi, mengapa kita malah membasmi suap, tapi melupakan 'sogok' dan 'semir'.
Mari Mendjoendjoeng Tinggi Bahasa Persatoean